Warta Jatim, Surabaya - Tingginya pencemaran di kali Surabaya , menyebabkan jumlah ikan menyusut. Bahkan, beberapa diantaranya terancam punah. Demikian hasl penelitian yang dilakukan Lembaga Kajian Ekologi dan Lahan Basah (Ecoton), pada tanggal 1 September – 5 Oktober lalu.
Peneliti Ecoton Daru Setyo Rini mengatakan, ketiga jenis ikan yang terancam punah, adalah Ikan Keting (Arius Caelatus), Ikan Papar (Notopterus Chilata) dan Ikan Jendil (Family Ariidae). Menurut dia, ketiga jenis ikan ini hanya dapat dijumpai pada Kali Surabaya, di sektor hulu, atau di kawasan Mlirip-Sumengko.
“ Sebelum era tahun 1990 an, ikan jenis ini banyak dijumpai di sepanjang Kali Surabaya. Namun, dalam penelitian yang kami lakukan, ikan tersebut hanya kami temui di kawasan Mlirip – Sumengko saja,” ujar Rini.
Rini menjelaskan, dalam penelitian tersebut, juga diketahui, semakin kearah hilir kualitas air Kali Surabaya semakin memburuk dan berdampak pada berkurangnya keanekaragaman jenis dan menurunnya populasi ikan. Sedangkan untuk bagian hulu Kali Surabaya, masih bisa menunjang kehidupan beragam jenis ikan. Kualitas air, juga masih diatas baku mutu kelas1 PP 82/2001 tentang pengelolaan sumber air dan kualitas air.
Rini menegaskan, pemerintah sangat lamban dalam menangani pencemaran air di Kali Surabaya . Selain itu, pemerintah juga tidak memiliki program yang jelas dalam mengatasi persoalan lingkungan hidup. Bahkan, program yang ada, terkesan mengabaikan ekologi dan tidak ramah lingkungan.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi menambahkan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan Pemprov Jatim. Salah satunya dengan melakukan perlindungan kawasan bantaran sungai dari alih fungsinya sebagai daerah resapan dan daerah perlindungan bagi badan air. Langkah ini berfungsi sebagai perlindungan bagi anak-anak ikan.
Langkah kedua, adalah merubah pola pembangunan tanggul/bendungan sungai. Prigi menilai, pola konstruksi seperti sekarang ini, akan menghilangkan fungsi ekologis bantaran yang sebelumnya menjadi tempat berlindungnya ikan. Bendungan yang ada sekarang tidak ekologis karena memotong jalur transportasi ikan. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar