Warta Jatim, Surabaya - Populasi ikan di Kali Surabaya, Jawa Timur, menyusut. Hal itu disebabkan meningkatnya kadar pencemaran sungai akibat limbah pabrik. Naiknya kadar pencemaran menyebabkan tiga jenis ikan terancam punah.
Demikian pernyataan peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Lahan Basah (Ecoton), Daru Setyo Rini. Menurut dia, ikan yang terancam punah adalah ikan keting (Arius Caelatus), papar (Notopterus Chilata), dan jendil (Family Ariidae). Ketiga jenis ikan ini hanya hidup di Kali Surabaya.
" Sebelum tahun 1990-an, ikan jenis ini banyak dijumpai di Kali Surabaya. Namun, dalam penelitian kami, ikan tersebut hanya kami temui di kawasan Mlirip - Sumengko," kata Rini, Jumat (9/10).
Menurut Rini, tingkat pencemaran semakin tinggi di kawasan hilir Kali Surabaya. Hal itu menyebabkan berkurangnya keanekaragaman jenis ikan. Sedangkan kawasan hulu sungai dikategorikan berada dalam tingkat aman, dengan kualitas air di atas baku mutu kelas 1.
Rini kecewa terhadap sikap pemerintah yang lamban mengatasi pencemaran Kali Surabaya. Dia menilai pemerintah tidak memiliki program yang jelas dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus menjalankan program memperbaiki kualitas air di Kali Surabaya. Salah satunya dengan melindungi bantaran sungai dan mengembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air.
Menurut Prigi Arisandi, pemerintah salah menerapkan pola pembangunan tanggul sungai yang tidak memperhatikan faktor lingkungan. Pola konstruksi tanggul Kali Surabaya saat ini menghilangkan fungsi ekologis bantaran sungai yang menjadi tempat ikan berlindung.(red)
Demikian pernyataan peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Lahan Basah (Ecoton), Daru Setyo Rini. Menurut dia, ikan yang terancam punah adalah ikan keting (Arius Caelatus), papar (Notopterus Chilata), dan jendil (Family Ariidae). Ketiga jenis ikan ini hanya hidup di Kali Surabaya.
" Sebelum tahun 1990-an, ikan jenis ini banyak dijumpai di Kali Surabaya. Namun, dalam penelitian kami, ikan tersebut hanya kami temui di kawasan Mlirip - Sumengko," kata Rini, Jumat (9/10).
Menurut Rini, tingkat pencemaran semakin tinggi di kawasan hilir Kali Surabaya. Hal itu menyebabkan berkurangnya keanekaragaman jenis ikan. Sedangkan kawasan hulu sungai dikategorikan berada dalam tingkat aman, dengan kualitas air di atas baku mutu kelas 1.
Rini kecewa terhadap sikap pemerintah yang lamban mengatasi pencemaran Kali Surabaya. Dia menilai pemerintah tidak memiliki program yang jelas dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus menjalankan program memperbaiki kualitas air di Kali Surabaya. Salah satunya dengan melindungi bantaran sungai dan mengembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air.
Menurut Prigi Arisandi, pemerintah salah menerapkan pola pembangunan tanggul sungai yang tidak memperhatikan faktor lingkungan. Pola konstruksi tanggul Kali Surabaya saat ini menghilangkan fungsi ekologis bantaran sungai yang menjadi tempat ikan berlindung.(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar