Warta Jatim, Surabaya - Jumlah penderita gizi buruk di Surabaya terus meningkat. Rumah Sakit Daerah dr Soewandhie menyebutkan, selama Januari - September 2009 merawat 200-an penderita gizi buruk. Sebagian besar anak lelaki usia di bawah lima tahun.
Menurut Indriyati, Kepala Sub-Bidang Perencanaan dan Rekap Medik RSD dr Soewandhie, mayoritas penderita gizi buruk berasal dari kawasan Surabaya utara dan timur serta dari kalangan masyarakat kurang mampu.
Pasien gizi buruk yang dirawat terbanyak pada Januari, Maret, dan Agustus. "Rata-rata mereka datang dalam keadaan sudah parah dan dibarengi penyakit lain seperti diare, sesak nafas, dan gagal ginjal," kata Indriyati, Senin (5/10).
RSD dr Soewandhie terlebih dahulu menyembuhkan penyakit pasien gizi buruk. Setelah itu diberikan susu sebagai tambahan protein dan mineral. Jika dirasa cukup, pasien diperbolehkan pulang. Selanjutnya menjalani rawat dan kontrol rutin di puskesmas.
Indriyati mengimbau masyarakat setiap bulan memeriksakan anak dengan kontrol rutin di posyandu dan puskesmas. Mereka juga harus menaati anjuran petugas mengenai asupan makanan dan gizi. "Selama ini yang menjadi masalah, banyak orang tua memilih membeli keperluan lain daripada membeli susu atau makanan untuk anak. Ini yang akan terus kita sadarkan melalui penyuluhan di posyandu ataupun puskesmas," ujarnya. (red)
Menurut Indriyati, Kepala Sub-Bidang Perencanaan dan Rekap Medik RSD dr Soewandhie, mayoritas penderita gizi buruk berasal dari kawasan Surabaya utara dan timur serta dari kalangan masyarakat kurang mampu.
Pasien gizi buruk yang dirawat terbanyak pada Januari, Maret, dan Agustus. "Rata-rata mereka datang dalam keadaan sudah parah dan dibarengi penyakit lain seperti diare, sesak nafas, dan gagal ginjal," kata Indriyati, Senin (5/10).
RSD dr Soewandhie terlebih dahulu menyembuhkan penyakit pasien gizi buruk. Setelah itu diberikan susu sebagai tambahan protein dan mineral. Jika dirasa cukup, pasien diperbolehkan pulang. Selanjutnya menjalani rawat dan kontrol rutin di puskesmas.
Indriyati mengimbau masyarakat setiap bulan memeriksakan anak dengan kontrol rutin di posyandu dan puskesmas. Mereka juga harus menaati anjuran petugas mengenai asupan makanan dan gizi. "Selama ini yang menjadi masalah, banyak orang tua memilih membeli keperluan lain daripada membeli susu atau makanan untuk anak. Ini yang akan terus kita sadarkan melalui penyuluhan di posyandu ataupun puskesmas," ujarnya. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar