Warta Jatim, Surabaya - Sekitar 150 pemuda dari negara Asia Pasifik berkumpul di Surabaya menyikapi global warming dengan menggunakan pendekatan agama. Delegasi berusia 18-25 tahun itu berasal dari Australia, New Zealand, Fiji, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Timor Leste, Vietnam, dan Indonesia yang merupakan anggota Forum Dialog Lintas Agama Asia Pasifik.
Presiden Tunas Hijau Club Roni mengatakan, kerukunan umat beragama menjadi poin utama acara ini. Hal itu diimplementasikan dengan dua malam pertama tinggal bersama keluarga terpilih di Surabaya.
Roni menambahkan, karena menggunakan agama sebagai alat pendekatan utama, pihaknya melibatkan beberapa tokoh agama untuk memberikan wawasan bagi para delegasi. Yakni Prof Dr Syafiq A Mughni MA (Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur), Putu Artma (Hindu), Simon Filantropa (Kristen), Budi Wijaya (Khonghucu), Prof Philip K Wijaya (Buddha), dan Perwakilan dan Keuskupan Agung Surabaya.
Selain dikenalkan beberapa makanan tradisional Surabaya dan alat kesenian Indonesia, para delegasi akan diajak ke Kampung Nelayan Nambangan, LPA Benowo, serta mendaki gunung di Dusun Mligi, Pacet, Mojokerto, yang dibarengi aksi menanam pohon.
Observasi di tempat-tempat yang ditunjuk akan dijadikan bahan dialog untuk merumuskan rencana komitmen dan program. Rumusan itulah akan mereka laksanakan untuk menghambat pemanasan global dan perubahan iklim, dengan tetap menggunakan pendekatan agama.
"Hasil dialog akan disebarluaskan ke komunitas di negara asal masing-masing. Langkah ini dipilih karena mereka sebagian besar adalah aktivis kampus atau komunitas tertentu," ujar Roni, Senin (28/7).
Asia Pacific Inter Faith Youth Camp "We Care for The World" memang acara pertama yang melibatkan pemuda untuk lebih peduli pada lingkungan. Ide awalnya dari forum dialog lintas agama kawasan Asia Pasifik di Kamboja April lalu. Mereka mengusulkan pertamuan pemuda dari berbagai agama. Isu pemanasan global dianggap menjadi isu hangat di dunia yang layak dijadikan topik utama. Acara dipusatkan di Cyber Park (Taman Flora), Bratang, mulai 27 Juli hingga 31 Juli 2008. (red)
Presiden Tunas Hijau Club Roni mengatakan, kerukunan umat beragama menjadi poin utama acara ini. Hal itu diimplementasikan dengan dua malam pertama tinggal bersama keluarga terpilih di Surabaya.
Roni menambahkan, karena menggunakan agama sebagai alat pendekatan utama, pihaknya melibatkan beberapa tokoh agama untuk memberikan wawasan bagi para delegasi. Yakni Prof Dr Syafiq A Mughni MA (Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur), Putu Artma (Hindu), Simon Filantropa (Kristen), Budi Wijaya (Khonghucu), Prof Philip K Wijaya (Buddha), dan Perwakilan dan Keuskupan Agung Surabaya.
Selain dikenalkan beberapa makanan tradisional Surabaya dan alat kesenian Indonesia, para delegasi akan diajak ke Kampung Nelayan Nambangan, LPA Benowo, serta mendaki gunung di Dusun Mligi, Pacet, Mojokerto, yang dibarengi aksi menanam pohon.
Observasi di tempat-tempat yang ditunjuk akan dijadikan bahan dialog untuk merumuskan rencana komitmen dan program. Rumusan itulah akan mereka laksanakan untuk menghambat pemanasan global dan perubahan iklim, dengan tetap menggunakan pendekatan agama.
"Hasil dialog akan disebarluaskan ke komunitas di negara asal masing-masing. Langkah ini dipilih karena mereka sebagian besar adalah aktivis kampus atau komunitas tertentu," ujar Roni, Senin (28/7).
Asia Pacific Inter Faith Youth Camp "We Care for The World" memang acara pertama yang melibatkan pemuda untuk lebih peduli pada lingkungan. Ide awalnya dari forum dialog lintas agama kawasan Asia Pasifik di Kamboja April lalu. Mereka mengusulkan pertamuan pemuda dari berbagai agama. Isu pemanasan global dianggap menjadi isu hangat di dunia yang layak dijadikan topik utama. Acara dipusatkan di Cyber Park (Taman Flora), Bratang, mulai 27 Juli hingga 31 Juli 2008. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar