Warta Jatim, Surabaya - Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Saleh Ismail Mukadar meminta pemerintah meninjau ulang pelaksanaan kurikulum pendidikan, yang hanya menjadikan hasil ujian nasional sebagai syarat kelulusan siswa.
Menurut Saleh Ismail Mukadar, mekanisme penetapan kelulusan siswa harus diperbaiki. Di antaranya dengan menyerahkan standar kelulusan kepada pemerintah dan tidak menjadikan hasil ujian nasional sebagai syarat kelulusan.
Saleh Ismail mengatakan, melonjaknya jumlah siswa tidak lulus di Jatim tidak bisa dijadikan ukuran kualitas pendidikan di provinsi ini. Apalagi banyak terjadi kecurangan dalam penyelenggaraan ujian nasional yang menjerumuskan siswa.
“Sistem pendidikan yang menitikberatkan pada nilai akademis harus segera diperbaiki. Kami sering menyampaikan masalah ini ke Menteri Pendidikan Nasional, tapi tidak ada tanggapan,” kata Saleh Ismail Mukadar, Selasa (16/6).
Menurut anggota Dewan Pendidikan Jatim Daniel M Rosyid, tingginya jumlah siswa tidak lulus di Jawa Timur mayoritas disebabkan praktik kecurangan yang dilakukan sekolah. Upaya mendongkrak kelulusan siswa dengan melakukan rekayasa pelaksanaan ujian nasional justru membuat banyak siswa tidak lulus.
Demi menjaga gengsi, sekolah melakukan kecurangan membocorkan kunci jawaban soal. “Kecurangan yang dilakukan guru dan sekolah ini menjerumuskan siswa. Salah satu contohnya di SMUN 2 Ngawi seluruh siswa kelas III tidak lulus,” ujar Daniel.
Daniel meminta pemerintah daerah segera menyusun standar kompetensi pendidikan yang lebih tinggi dari standard nasional. Dia setuju terhadap usulan menghapuskan ujian nasional
Berdasarkan hasil Ujian Nasional 2009, siswa sekolah menengah umum atau kejuruan di Jawa Timur yang tidak lulus mencapai 15.089 siswa. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008, yaitu 10.065 siswa tidak lulus ujian nasional. (red)
Menurut Saleh Ismail Mukadar, mekanisme penetapan kelulusan siswa harus diperbaiki. Di antaranya dengan menyerahkan standar kelulusan kepada pemerintah dan tidak menjadikan hasil ujian nasional sebagai syarat kelulusan.
Saleh Ismail mengatakan, melonjaknya jumlah siswa tidak lulus di Jatim tidak bisa dijadikan ukuran kualitas pendidikan di provinsi ini. Apalagi banyak terjadi kecurangan dalam penyelenggaraan ujian nasional yang menjerumuskan siswa.
“Sistem pendidikan yang menitikberatkan pada nilai akademis harus segera diperbaiki. Kami sering menyampaikan masalah ini ke Menteri Pendidikan Nasional, tapi tidak ada tanggapan,” kata Saleh Ismail Mukadar, Selasa (16/6).
Menurut anggota Dewan Pendidikan Jatim Daniel M Rosyid, tingginya jumlah siswa tidak lulus di Jawa Timur mayoritas disebabkan praktik kecurangan yang dilakukan sekolah. Upaya mendongkrak kelulusan siswa dengan melakukan rekayasa pelaksanaan ujian nasional justru membuat banyak siswa tidak lulus.
Demi menjaga gengsi, sekolah melakukan kecurangan membocorkan kunci jawaban soal. “Kecurangan yang dilakukan guru dan sekolah ini menjerumuskan siswa. Salah satu contohnya di SMUN 2 Ngawi seluruh siswa kelas III tidak lulus,” ujar Daniel.
Daniel meminta pemerintah daerah segera menyusun standar kompetensi pendidikan yang lebih tinggi dari standard nasional. Dia setuju terhadap usulan menghapuskan ujian nasional
Berdasarkan hasil Ujian Nasional 2009, siswa sekolah menengah umum atau kejuruan di Jawa Timur yang tidak lulus mencapai 15.089 siswa. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008, yaitu 10.065 siswa tidak lulus ujian nasional. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar