Warta Jatim, Sidoarjo – Lebih dari 80 warga RT 12 RW 3, Desa Siwalan Panji, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, terserang wabah chikungunya dan demam berdarah. Wabah penyakit itu mulai menyerang sejak sebulan lalu.
Yani, Ketua RT 12, mengatakan sejak sebulan lalu wabah chikungunya dan demam berdarah menyerang warga, baik anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa warga harus menjalani rawat inap di RSUD Sidoarjo hingga dua minggu.
“Warga yang terserang penyakit silih berganti. Suami saya dinyatakan positif demam berdarah dan harus menjalani perawatan lima hari di rumah sakit,” ujar Yani, Rabu (24/6).
Menurut Yani, wabah chikungunya dan demam berdarah di wilayahnya terjadi hampir setiap tahun. Namun, hingga kini belum ada penanganan dan tindak lanjut dari kelurahan, kecamatan, ataupun Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Yani mengaku sudah berkali-kali mengajukan permohonan pencegahan dan penanganan kepada pemerintah, namun tanpa hasil. “Saya sudah menyampaikan surat permohonan untuk penyemprotan (fogging) dengan dilampiri surat keterangan sakit dari laboratorium dan rumah sakit. Namun, kelurahan dan kecamatan hanya berjanji tanpa ada realisasi,” katanya.
Sutinah (46), salah satu korban chikungunya, mengaku kecewa atas sikap pemerintah yang tidak peduli terhadap masyarakat. Apalagi penyebab timbulnya penyakit ini mampetnya saluran air pembuangan dari pabrik di sekitar perkampungan. Sutinah berharap pemerintah segera turun tangan. Jika tidak, wabah penyakit yang sama akan terus menyerang masa datang.
Camat Buduran Saroni Marzuki mengaku belum menerima laporan adanya wabah chikungunya dan demam berdarah di wilayahnya. Dia mengatakan akan segera melakukan tindakan setelah ada laporan dari Kelurahan Siwalan Panji. “Kami belum pernah dengar tentang wabah tersebut. Kalau ada, kami jelas sudah melakukan langkah penanganan masalah tersebut,” ujarnya.
Penyakit chikungunya adalah alphavirus yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti yang juga menularkan demam berdarah dengue. Penyakit ini tidak membuat lumpuh dan mematikan penderita. (red)
Yani, Ketua RT 12, mengatakan sejak sebulan lalu wabah chikungunya dan demam berdarah menyerang warga, baik anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa warga harus menjalani rawat inap di RSUD Sidoarjo hingga dua minggu.
“Warga yang terserang penyakit silih berganti. Suami saya dinyatakan positif demam berdarah dan harus menjalani perawatan lima hari di rumah sakit,” ujar Yani, Rabu (24/6).
Menurut Yani, wabah chikungunya dan demam berdarah di wilayahnya terjadi hampir setiap tahun. Namun, hingga kini belum ada penanganan dan tindak lanjut dari kelurahan, kecamatan, ataupun Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Yani mengaku sudah berkali-kali mengajukan permohonan pencegahan dan penanganan kepada pemerintah, namun tanpa hasil. “Saya sudah menyampaikan surat permohonan untuk penyemprotan (fogging) dengan dilampiri surat keterangan sakit dari laboratorium dan rumah sakit. Namun, kelurahan dan kecamatan hanya berjanji tanpa ada realisasi,” katanya.
Sutinah (46), salah satu korban chikungunya, mengaku kecewa atas sikap pemerintah yang tidak peduli terhadap masyarakat. Apalagi penyebab timbulnya penyakit ini mampetnya saluran air pembuangan dari pabrik di sekitar perkampungan. Sutinah berharap pemerintah segera turun tangan. Jika tidak, wabah penyakit yang sama akan terus menyerang masa datang.
Camat Buduran Saroni Marzuki mengaku belum menerima laporan adanya wabah chikungunya dan demam berdarah di wilayahnya. Dia mengatakan akan segera melakukan tindakan setelah ada laporan dari Kelurahan Siwalan Panji. “Kami belum pernah dengar tentang wabah tersebut. Kalau ada, kami jelas sudah melakukan langkah penanganan masalah tersebut,” ujarnya.
Penyakit chikungunya adalah alphavirus yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti yang juga menularkan demam berdarah dengue. Penyakit ini tidak membuat lumpuh dan mematikan penderita. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar