Adam Kamil dari Lembaga Survei Indonesia mengatakan, tingginya jumlah golput hampir merata di seluruh Jatim. Misalnya di Kota Batu, Malang, pada Pilkada putaran pertama partisipasi pemilih mencapai 70,24%, namun pada putaran II hanya sekitar 60%. " Satu-satunya wilayah yang mengalami kenaikan partisipasi pemilih adalah kawasan Malang Raya, yakni dari 39% pada putaran I menjadi 50% pada putaran II."
Menurut Adam, keengganan warga menggunakan hak pilih disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, kejenuhan, minimnya sosialisasi KPU, dan minimnya tingkat pengenalan warga terhadap sosok calon gubernur. "Sebagai contoh, di Kota Madiun masyarakat harus memilih tiga kali, yakni Pilgub putaran I, Pilwali (Pemilihan Wali Kota), dan Pilgub putaran II. Selain itu, kinerja KPU Jatim juga tidak maksimal dalam mensosialisasikan pilgub."
Di tempat terpisah, anggota KPUD Jatim Arif Budiman mengaku pesimistis dengan tingkat partisipasi pemilih pada Pilgub putaran II. Menurut dia, minimnya partisipasi pemilih karena banyak TKI asal Jatim yang tidak menggunakan hak suara. Dia juga mengakui tidak maksimalnya sosialisasi. "Waktunya pendek sekali, sehingga kami hanya mengoptimalkan kemampuan yang ada," ujar Arif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar