Tenggulun tiba-tiba populer. Desa kecil sekitar 30 kilometer dari kota Lamongan, Jawa Timur, itu menjadi pembicaraan nasional, bahkan dunia internasional. Untuk mencapai desa itu harus ditempuh dengan menyusuri jalan kecil nan sunyi dan berkelok.
Desa Tenggulun dihuni sekitar 3.000 jiwa. Pada musim kemarau daerah ini kering dan tandus. Kondisi itu membuat banyak penduduk merantau ke Malaysia. Mereka umumnya bekerja menjadi pembantu atau buruh kasar.
Kepala Desa Tenggulun Abu Sholeh mengatakan, sekitar 20% penduduk desanya bekerja di Malaysia. Kini ada 700 warga yang memburu ringgit di negara tetangga tersebut. Berkat sumbangan Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta per keluarga buruh migran akhirnya terkumpul Rp 300 juta untuk membangun jalan pada tahun 1999. Jalan baru tersebut membuat Tenggulun terlepas dari "isolasi".
Sejak 1 November lalu banyak wartawan dalam dan luar negeri datang di Tenggulun. Nama Tenggulun merebut perhatian karena ulah dua warganya, Amrozi dan Ali Gufron alias Mukhlas. Keduanya adalah terpidana kasus Bom Bali I, 12 Oktober 2002, yang menewaskan 202 orang.
Amrozi dan Ali Gufron kembali membuat heboh takkala Jaksa Agung Hendarman Supandji mengumumkan bahwa terpidana mati Bom Bali I akan dieksekusi paling lambat awal November 2008. Sejak itu Desa Tenggulun "diserbu" wartawan dalam dan luar negeri untuk mengetahui sosok dan tempat tinggal Amrozi dan Ali Gufron.
Tenggulun yang sehari-hari sunyi berubah menjadi ramai. Banyak penduduk desa yang mendapatkan keuntungan dari keramaian ini. Para pemilik warung tiba-tiba omzetnya meningkat. Banyak pula warga yang menyewakan rumah sebagai penginapan. (bersambung....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar