Warta Jatim, Surabaya - Setiap tahun sekitar 720 buruh migran asal Jawa Timur meninggal. Setiap hari terminal kargo Bandar Udara Juanda Surabaya menerima 2 jenazah hingga 4 jenazah buruh migran.
Ketua Serikat Buruh Migrant Indonesia (SBMI) Jawa Timur Mochamad Cholily mengatakan, mayoritas buruh migran yang meninggal bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, dan Singapura. Biasanya pemerintah negara tujuan merahasiakan penyebab kematian BMI.
“Kami mengetahui banyaknya jenazah buruh migran yang datang ke Bandara Juanda, setelah melakukan inspeksi mendadak bersama Komnas HAM di terminal kargo Bandara Juanda. Hal ini juga diakui oleh petugas bandara,” kata Cholily, Selasa (23/2).
SBMI juga menyoroti ketidakseriusan pemerintah dan agen pengirim buruh migran dalam mengurus pemulangan jenazah. Keluarga harus membayar biaya pemulangan jenazah yang seharusnya ditanggung agen pengirim dan pemerintah.
Mayoritas keluarga buruh migran yang meninggal tidak mendapat klaim asuransi kematian. Birokrasi yang berbelit membuat keluarga enggan mengurus jaminan asuransi tersebut. “Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja ditegaskan, buruh migran berhak mendapat asuransi Rp 40 juta. Tapi PJTKI sering mengabaikannya. Kalaupun dapat, biasanya setelah muncul di media massa dan menjadi perhatian publik,” ujar Cholily.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Timur Indra Wiragana mengakui banyak buruh migran asal Jawa Timur yang meninggal di luar negeri. Namun, dia mengaku belum memiliki data lengkap dan berjanji akan bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengatasi masalah ini. Pihaknya kesulitan mendata jumlah BMI yang meninggal di perantauan karena kebanyakan berangkat melalui jalur tidak resmi. “Jumlah pastinya, kami masih menunggu laporan dari petugas di bandara,” kata Indra. (red)
Ketua Serikat Buruh Migrant Indonesia (SBMI) Jawa Timur Mochamad Cholily mengatakan, mayoritas buruh migran yang meninggal bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, dan Singapura. Biasanya pemerintah negara tujuan merahasiakan penyebab kematian BMI.
“Kami mengetahui banyaknya jenazah buruh migran yang datang ke Bandara Juanda, setelah melakukan inspeksi mendadak bersama Komnas HAM di terminal kargo Bandara Juanda. Hal ini juga diakui oleh petugas bandara,” kata Cholily, Selasa (23/2).
SBMI juga menyoroti ketidakseriusan pemerintah dan agen pengirim buruh migran dalam mengurus pemulangan jenazah. Keluarga harus membayar biaya pemulangan jenazah yang seharusnya ditanggung agen pengirim dan pemerintah.
Mayoritas keluarga buruh migran yang meninggal tidak mendapat klaim asuransi kematian. Birokrasi yang berbelit membuat keluarga enggan mengurus jaminan asuransi tersebut. “Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja ditegaskan, buruh migran berhak mendapat asuransi Rp 40 juta. Tapi PJTKI sering mengabaikannya. Kalaupun dapat, biasanya setelah muncul di media massa dan menjadi perhatian publik,” ujar Cholily.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Timur Indra Wiragana mengakui banyak buruh migran asal Jawa Timur yang meninggal di luar negeri. Namun, dia mengaku belum memiliki data lengkap dan berjanji akan bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengatasi masalah ini. Pihaknya kesulitan mendata jumlah BMI yang meninggal di perantauan karena kebanyakan berangkat melalui jalur tidak resmi. “Jumlah pastinya, kami masih menunggu laporan dari petugas di bandara,” kata Indra. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar