Warta Jatim, Surabaya - Jumlah angka kemiskinan di Surabaya, diprediksi semakin tinggi. Prediksi itu mengemuka seiring melambungnya harga minyak tanah dan elpiji, akibat kenaikan BBM di bulan Juni lalu.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya Baktiono mengatakan, meningkatnya jumlah angka kemiskinan ini merupakan imbas dari sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah. Salah satu indikator nyata adalah semakin sulitnya masyarakat membeli bahan bakar.
Menurut Baktiono, kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan harganya melonjak menjadi Rp.5000,- sampai Rp. 6000,- per liter, jelas memberi beban tambahan bagi masyarakat. Hal ini juga diperparah dengan belum berjalannya program konversi minyak tanah di Surabaya.
Hingga kini, masih ada 17 kecamatan yang belum tersentuh program tersebut. Namun minyak tanah di daerah itu sudah langka dan harganya melambung tinggi.
"Imbas dari kenaikan BBM ini warga miskin di kota Surabaya makin bertambah. Waktu kenaikan BBM pertama di tahun 2004 lalu, hasil survey menunjukkan 123 ribu KK tergolong miskin. Dan, di tahun 2006, di kota Surabayam dari hasil survey jumlah warga miskin mengalami peningkatan menjadi 150 KK," ujar Wakil Ketua Komiisi D tersebut.
Baktiono berharap, Pertamina mau mengindahkan masukan-masukan yang telah diberikan dewan maupun Pemkot, untuk segera menuntaskan konversi minyak tanah ke elpiji. Tidak itu saja, Pertamina harus bisa menjamin kepastian distribusi elpiji kepada masyarakat, sehingga beban masyarakat sedikit berkurang. (PP)
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya Baktiono mengatakan, meningkatnya jumlah angka kemiskinan ini merupakan imbas dari sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah. Salah satu indikator nyata adalah semakin sulitnya masyarakat membeli bahan bakar.
Menurut Baktiono, kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan harganya melonjak menjadi Rp.5000,- sampai Rp. 6000,- per liter, jelas memberi beban tambahan bagi masyarakat. Hal ini juga diperparah dengan belum berjalannya program konversi minyak tanah di Surabaya.
Hingga kini, masih ada 17 kecamatan yang belum tersentuh program tersebut. Namun minyak tanah di daerah itu sudah langka dan harganya melambung tinggi.
"Imbas dari kenaikan BBM ini warga miskin di kota Surabaya makin bertambah. Waktu kenaikan BBM pertama di tahun 2004 lalu, hasil survey menunjukkan 123 ribu KK tergolong miskin. Dan, di tahun 2006, di kota Surabayam dari hasil survey jumlah warga miskin mengalami peningkatan menjadi 150 KK," ujar Wakil Ketua Komiisi D tersebut.
Baktiono berharap, Pertamina mau mengindahkan masukan-masukan yang telah diberikan dewan maupun Pemkot, untuk segera menuntaskan konversi minyak tanah ke elpiji. Tidak itu saja, Pertamina harus bisa menjamin kepastian distribusi elpiji kepada masyarakat, sehingga beban masyarakat sedikit berkurang. (PP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar