Warta Jatim, Surabaya - Bisnis transportasi di kawasan sekitar luapan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, terancam gulung tikar. Omzet tiga trayek utama bus yang melayani jalur Surabaya-Malang, Surabaya-Banyuwangi, dan Surabaya-Bali, merosot hingga 60%.
Tjuk Kasturi Karyadi, pakar ekonomi dan transportasi dari Univeritas Airlangga Surabaya, mengatakan kerugian tidak hanya terjadi pada angkutan penumpang. Hal serupa dialami perusahaan jasa angkutan barang. Dari 750 truk pengangkut barang yang melewati jalur luapan lumpur Lapindo, 400 di antaranya kini berhenti beroperasi.
Menurut dia, gangguan transportasi menyebabkan Jalan Raya Porong harus menampung kendaraan 3 kali lipat dari kapasitas sebenarnya. Sebelum terjadi luapan lumpur jalan itu settiap hari hanya dilewati 30 ribu kendaraan.
Melonjaknya ongkos transportasi akibat hambatan lalu lintas di sekitar kawasan luapan lumpur Lapindo memaksa usaha kecil menengah menaikkan harga produknya. Akibatnya, 70-an usaha kecil menengah yang tersisa di wilayah terdampak lumpur terancam gulung tikar. Kerugian pada sektor ini diperkirakan mencapai Rp 200 miliar per tahun.
"Salah satu faktor penyebab matinya UKM adalah waktu pengiriman yang tidak dapat diprediksi, sehingga banyak UKM kehilangan pelanggan," kata Tjuk Kasturi Karyadi, Jumat (22/8). (red)
Tjuk Kasturi Karyadi, pakar ekonomi dan transportasi dari Univeritas Airlangga Surabaya, mengatakan kerugian tidak hanya terjadi pada angkutan penumpang. Hal serupa dialami perusahaan jasa angkutan barang. Dari 750 truk pengangkut barang yang melewati jalur luapan lumpur Lapindo, 400 di antaranya kini berhenti beroperasi.
Menurut dia, gangguan transportasi menyebabkan Jalan Raya Porong harus menampung kendaraan 3 kali lipat dari kapasitas sebenarnya. Sebelum terjadi luapan lumpur jalan itu settiap hari hanya dilewati 30 ribu kendaraan.
Melonjaknya ongkos transportasi akibat hambatan lalu lintas di sekitar kawasan luapan lumpur Lapindo memaksa usaha kecil menengah menaikkan harga produknya. Akibatnya, 70-an usaha kecil menengah yang tersisa di wilayah terdampak lumpur terancam gulung tikar. Kerugian pada sektor ini diperkirakan mencapai Rp 200 miliar per tahun.
"Salah satu faktor penyebab matinya UKM adalah waktu pengiriman yang tidak dapat diprediksi, sehingga banyak UKM kehilangan pelanggan," kata Tjuk Kasturi Karyadi, Jumat (22/8). (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar