Warta Jatim Surabaya - Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur akan mengusulkan audit independen terhadap lembaga pengelola zakat. Insiden pembagian zakat di Kabupaten Pasuruan yang menewaskan 21 orang menunjukkan sistem pambagian zakat tidak efektif.
Ketua MUI Jawa Timur Abdusshomad Bukhori mengatakan, pembagian zakat seharusnya tidak dilakukan dengan cara-cara demonstratif, tetapi dengan cara yang lebih terhormat, misalnya mendatangi langsung kediaman penerima zakat. "Seharusnya langkah ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Selain itu, bisa menghilangkan kesan sombong bagi pembagi zakat," kata Abdusshomad, Selasa (16/9).
Abdusshomad Bukhori berjanji akan berkoordinasi dengan berbagai pihak agar kejadian serupa tidak terulang. Dia mengusulkan dilakukan audit independen terhadap lembaga pengelola zakat. "Nanti akan dibuat penegasan, misalnya si pemberi dapat menghitung jumlah zakat dengan jumlah orang yang diberi zakat," katanya.
Di tempat terpisah, sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Bagong Suyanto mengatakan, impitan ekonomi kerap membuat orang tidak mempedulikan keselamatan diri. Mereka memanfaatkan momen Ramadan untuk berburu uang sumbangan. "Jadi, para fakir miskin benar-benar memanfaatkan momen Ramadan untuk memperoleh rezeki."
Pada Senin (15/9), 21 orang tewas dan 10 orang luka-luka akibat berdesak-desakan dan terinjak-injak saat antre pembagian zakat di rumah Haji Saikhon, warga Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Pasuruan. Sejak pagi seribuan orang antre berdesak-desakan di gang di depan rumah pengusaha penyamakan kulit itu untuk mendapatkan zakat Rp 30 ribu. (red)
Ketua MUI Jawa Timur Abdusshomad Bukhori mengatakan, pembagian zakat seharusnya tidak dilakukan dengan cara-cara demonstratif, tetapi dengan cara yang lebih terhormat, misalnya mendatangi langsung kediaman penerima zakat. "Seharusnya langkah ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Selain itu, bisa menghilangkan kesan sombong bagi pembagi zakat," kata Abdusshomad, Selasa (16/9).
Abdusshomad Bukhori berjanji akan berkoordinasi dengan berbagai pihak agar kejadian serupa tidak terulang. Dia mengusulkan dilakukan audit independen terhadap lembaga pengelola zakat. "Nanti akan dibuat penegasan, misalnya si pemberi dapat menghitung jumlah zakat dengan jumlah orang yang diberi zakat," katanya.
Di tempat terpisah, sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Bagong Suyanto mengatakan, impitan ekonomi kerap membuat orang tidak mempedulikan keselamatan diri. Mereka memanfaatkan momen Ramadan untuk berburu uang sumbangan. "Jadi, para fakir miskin benar-benar memanfaatkan momen Ramadan untuk memperoleh rezeki."
Pada Senin (15/9), 21 orang tewas dan 10 orang luka-luka akibat berdesak-desakan dan terinjak-injak saat antre pembagian zakat di rumah Haji Saikhon, warga Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Pasuruan. Sejak pagi seribuan orang antre berdesak-desakan di gang di depan rumah pengusaha penyamakan kulit itu untuk mendapatkan zakat Rp 30 ribu. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar