Warta Jatim, Surabaya - Dewan Pendidikan Surabaya mengecam keputusan Dinas Pendidikan Surabaya yang masih menerapkan sistem shift dalam proses belajar-mengajar. Kebijakan itu bukti upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak berjalan. Hingga kini 162 sekolah negeri masih menerapkan sistem masuk pagi dan siang dengan alasan keterbatasan ruang belajar.
Kecaman tersebut dilontarkan anggota Dewan Pendidikan Surabaya Isa Ansori. Menurut dia, sekolah yang menerapkan sistem shift terbanyak adalah sekolah dasar di kawasan padat penduduk seperti Tambaksari, Kenjeran, dan Benowo. " Kalau ini dibiarkan terus, akan berakibat buruk bagi sistem pendidikan," kata Isa, Selasa (2/9).
Isa berharap Dinas Pendidikan tidak terjebak kepentingan sesaat dengan model belajar saat ini. Sebab, masyarakat lebih membutuhkan program yang signifikan dan bukan hanya menghabiskan anggaran. Dia menyarankan masyarakat mengawasi dan mendampingi kebijakan sekolah.
"Selama ini banyak kebijakan Dispendik tidak sesuai kondisi riil. Akibatnya banyak masyarakat yang memprotes keras kebijakan tersebut. Contoh terbaru program penerapan SKS di beberapa sekolah yang tidak jelas kelanjutannya," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Sahudi justru menyalahkan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan dua alternatif untuk mengatasi masalah itu, yaitu relokasi sekolah atau penambahan ruang belajar. Jika sudah ada dalam daftar pelaksanaan anggaran, pihaknya baru bisa mengatasi sekolah sistem shift tersebut. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar