Para caleg stres berobat di klinik alternatif. Jiwa mereka terguncang karena dihimpit utang dan merasa dikhianati.
DUA lelaki menerawang kosong ke atas tiang-tiang langit rumah di kawasan Semampir, Surabaya. Sesekali mereka berkata-kata, layaknya orang yang berpidato di podium.
Menurut H Achmad, si pemilik rumah, dua orang tersebut adalah calog anggota legislatif yang stres karena gagal dalam pertarungan pemilu legislatif lalu. Mereka datang pertama didampingi pihak keluarga. Namun, ada juga yang diantarkan tim sukses mereka.
H Achmad mengaku sejak dua minggu terakhir klinik pengobatan alternatifnya didatangi banyak caleg stres. Mereka berasal dari Surabaya dan kota-kota sekitar seperti Gresik, Lamongan, dan Bojonegoro.
Para caleg stres yang datang mengalami berbagai tingkat gangguan jiwa. Ada yang stres ringan, sedang, dan stres berat. Gejala penderita stres ringan sering tertawa sendiri, gelisah, serta mudah cemas tanpa sebab yang jelas. Caleg yang stres berat suka berteriak-teriak sambil mengancam siapa pun yang ada di dekatnya. H Achmad telah menyiapkan ruangan khusus untuk caleg stres “kelas berat” ini.
Bahkan, agar tidak membahayakan pasien lain, para caleg yang stes berat dipasung di kamar khusus untuk beberapa saat. “Kalau stresnya kumat, biasanya mereka membawa barang-barang berbahaya. Untuk keamanan, kami memutuskan memasung mereka,” ujar pria yang akrab dipanggil Mbah Achmad ini.
Salah satu keluarga caleg stres dari Gresik, Andi, bukan nama sebenarnya, menuturkan, Noto, adiknya yang gagal terpilih menjadi wakil rakyat mulai mengalami gangguan jiwa, tepat sehari setelah pemilihan legislatif. Setelah mengetahui perolehan suaranya jeblok, si adik langsung tampak bingung dan cemas. Bahkan tidak jarang menangis dan marah-marah tanpa sebab.
Andi mengatakan, selain gagal terpilih, penyebab lain stres adik kandungnya adalah banyak utang yang harus ditanggung. Selama kampanye adiknya yang merupakan caleg dari partai gurem telah menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta. Sebagian besar dana itu dari pinjaman kerabat.
Setelah dihimpit berbagai keadaan yang tidak menguntungkan, emosi Noto semakin tidak terkontrol. Apalagi dia mengetahui tim suksesnya telah “berkhianat” dengan memilih calon lain. “Pada saat emosi tidak terkontrol, Noto biasanya mengancam siapa pun yang mencoba mendekatinya. Bahkan tak jarang Noto juga mengejar warga sekitar,” kata Andi.
Untuk menjaga kemungkinan terburuk, Andi langsung membawa Noto ke klinik alternatif H Achmad. Menurut Andi, dalam waktu dua minggu, perlahan namun pasti kondisi adiknya mulai membaik. Saat ini Noto sedang dalam taraf penyembuhan, sebelum diperbolehkan pulang. (bersambung)
DUA lelaki menerawang kosong ke atas tiang-tiang langit rumah di kawasan Semampir, Surabaya. Sesekali mereka berkata-kata, layaknya orang yang berpidato di podium.
Menurut H Achmad, si pemilik rumah, dua orang tersebut adalah calog anggota legislatif yang stres karena gagal dalam pertarungan pemilu legislatif lalu. Mereka datang pertama didampingi pihak keluarga. Namun, ada juga yang diantarkan tim sukses mereka.
H Achmad mengaku sejak dua minggu terakhir klinik pengobatan alternatifnya didatangi banyak caleg stres. Mereka berasal dari Surabaya dan kota-kota sekitar seperti Gresik, Lamongan, dan Bojonegoro.
Para caleg stres yang datang mengalami berbagai tingkat gangguan jiwa. Ada yang stres ringan, sedang, dan stres berat. Gejala penderita stres ringan sering tertawa sendiri, gelisah, serta mudah cemas tanpa sebab yang jelas. Caleg yang stres berat suka berteriak-teriak sambil mengancam siapa pun yang ada di dekatnya. H Achmad telah menyiapkan ruangan khusus untuk caleg stres “kelas berat” ini.
Bahkan, agar tidak membahayakan pasien lain, para caleg yang stes berat dipasung di kamar khusus untuk beberapa saat. “Kalau stresnya kumat, biasanya mereka membawa barang-barang berbahaya. Untuk keamanan, kami memutuskan memasung mereka,” ujar pria yang akrab dipanggil Mbah Achmad ini.
Salah satu keluarga caleg stres dari Gresik, Andi, bukan nama sebenarnya, menuturkan, Noto, adiknya yang gagal terpilih menjadi wakil rakyat mulai mengalami gangguan jiwa, tepat sehari setelah pemilihan legislatif. Setelah mengetahui perolehan suaranya jeblok, si adik langsung tampak bingung dan cemas. Bahkan tidak jarang menangis dan marah-marah tanpa sebab.
Andi mengatakan, selain gagal terpilih, penyebab lain stres adik kandungnya adalah banyak utang yang harus ditanggung. Selama kampanye adiknya yang merupakan caleg dari partai gurem telah menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta. Sebagian besar dana itu dari pinjaman kerabat.
Setelah dihimpit berbagai keadaan yang tidak menguntungkan, emosi Noto semakin tidak terkontrol. Apalagi dia mengetahui tim suksesnya telah “berkhianat” dengan memilih calon lain. “Pada saat emosi tidak terkontrol, Noto biasanya mengancam siapa pun yang mencoba mendekatinya. Bahkan tak jarang Noto juga mengejar warga sekitar,” kata Andi.
Untuk menjaga kemungkinan terburuk, Andi langsung membawa Noto ke klinik alternatif H Achmad. Menurut Andi, dalam waktu dua minggu, perlahan namun pasti kondisi adiknya mulai membaik. Saat ini Noto sedang dalam taraf penyembuhan, sebelum diperbolehkan pulang. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar