Roh Marsinah masih menjadi semangat perlawanan warga. Inspirasinya tak pernah Mati.
SIMPATI atas perjuangan keluarga Marsinah juga ditunjukkan oleh para tetangga. Supriyanto, salah satu pemuda desa Nglundo, misalnya. Ia mengaku sosok Marsinah merupakan sumber inspirasi bagi petani di Nglundo untuk berjuang menuntut hak-hak mereka.
Salah satu contoh yang diberikan Supriyanto adalah permasalahan pembebasan lahan yang dilakukan pemerintah kabupaten Nganjuk, untuk pembangunan jalan tol Kertosono – Solo, yang akan dimulai 2010. Oleh pemerintah, tanah milik petani dihargai di bawah nilai jual obyek pajak. Para petani ditekan pemerintah untuk menerima ganti rugi. Namun para petani melawan dengan cara nyleneh.
Pada malam Jumat, mereka menggelar ritual di makam Marsinah. Entah secara kebetulan atau tidak, keesokan harinya mereka seakan mendapatkan kekuatan untuk melawan pemerintah. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang, petani dan pemerintah, sepakat tentang harga tanah.
Supriyanto menegaskan, keberadaan makam Marsinah di desa mereka, aparat pemerintah atau siapapun pasti akan berpikir ulang untuk berhadapan dengan warga desa. Hal ini, disebabkan, adanya semangat Marsinah yang memompa hidup mereka, untuk lebih berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan. “Tidak hanya pemerintah saja, para pengusaha yang ingin membangun pabrik atau apapun di desa kami, pasti akan berpikir ulang,” ujar pria yang pernah merantau ke Kalimantan dan Jakarta ini.
Karena “jasa” Marsinah inilah, Supriyanto dan warga desa lainnya berharap kasus yang sudah mengendap 16 tahun ini bisa diusut secara tuntas dan menyeret pelakunya. “Terus terang, kami sebagai sebagai warga desa, marah atas peristiwa yang menimpa Marsinah. Hingga kini kami masih belum bisa menerima kematian ini. Karena itu, kami berharap, kasus bisa terbongkar dan menyeret pelakunya ke meja hijau,” ungkap Supriyanto. (Selesai).
SIMPATI atas perjuangan keluarga Marsinah juga ditunjukkan oleh para tetangga. Supriyanto, salah satu pemuda desa Nglundo, misalnya. Ia mengaku sosok Marsinah merupakan sumber inspirasi bagi petani di Nglundo untuk berjuang menuntut hak-hak mereka.
Salah satu contoh yang diberikan Supriyanto adalah permasalahan pembebasan lahan yang dilakukan pemerintah kabupaten Nganjuk, untuk pembangunan jalan tol Kertosono – Solo, yang akan dimulai 2010. Oleh pemerintah, tanah milik petani dihargai di bawah nilai jual obyek pajak. Para petani ditekan pemerintah untuk menerima ganti rugi. Namun para petani melawan dengan cara nyleneh.
Pada malam Jumat, mereka menggelar ritual di makam Marsinah. Entah secara kebetulan atau tidak, keesokan harinya mereka seakan mendapatkan kekuatan untuk melawan pemerintah. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang, petani dan pemerintah, sepakat tentang harga tanah.
Supriyanto menegaskan, keberadaan makam Marsinah di desa mereka, aparat pemerintah atau siapapun pasti akan berpikir ulang untuk berhadapan dengan warga desa. Hal ini, disebabkan, adanya semangat Marsinah yang memompa hidup mereka, untuk lebih berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan. “Tidak hanya pemerintah saja, para pengusaha yang ingin membangun pabrik atau apapun di desa kami, pasti akan berpikir ulang,” ujar pria yang pernah merantau ke Kalimantan dan Jakarta ini.
Karena “jasa” Marsinah inilah, Supriyanto dan warga desa lainnya berharap kasus yang sudah mengendap 16 tahun ini bisa diusut secara tuntas dan menyeret pelakunya. “Terus terang, kami sebagai sebagai warga desa, marah atas peristiwa yang menimpa Marsinah. Hingga kini kami masih belum bisa menerima kematian ini. Karena itu, kami berharap, kasus bisa terbongkar dan menyeret pelakunya ke meja hijau,” ungkap Supriyanto. (Selesai).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar