Mau UANG???... Buruan GRATIS Registrasi KLIK DISINI

Rabu, 11 Februari 2009

Habis Banjir Terbitlah Derita (1)


DI tengah guyuran hujan lebat yang “menghajar” kawasan Driyorejo membuat para penghuninya bekerja keras. Penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik itu harus mengungsi dan menyelamatkan barang-barang miliknya akibat terjangan banjir yang menggenangi rumah akibat luapan Kali Surabaya dan Kali Tengah. Tidak tanggung-tanggung memang, karena ada rumah yang terendam hingga 1 meter.

Supriyanto, salah seorang buruh yang tinggal di Perumahan Sumput Asri Driyorejo, mengaku hanya bisa pasrah. Menurut dia, peristiwa semacam ini hampir terjadi setiap hari di saat musim hujan tiba. Hanya saja, banjir kali ini adalah yang terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lelaki berputra dua ini menilai dirinya lebih beruntung, daripada warga yang tinggal bantaran sungai, atau di atas lahan milik Dinas Pengairan dan Irigasi Jatim.

Mendapat penjelasan seperti itu, aku pun melangkahkan kaki menuju bangunan “megah” yang berdiri di sepanjang bantaran Kali Surabaya. Hasilnya? Ternyata, kondisinya persis apa yang dikatakan Supriyanto. Sebagian besar rumah yang berada di kawasan tersebut tenggelam. Bahkan, tidak sedikit perabotan rumah tangga milik warga yang hanyut terbawa derasnya banjir.

Banjir tahunan tersebut jelas sangat berpengaruh terhadap pendapatan warga yang mengantungkan hidupnya dari Kali Surabaya. Ahmad, misalnya. Pria yang berprofesi sebagai penambang getek (rakit) ini mengaku sudah hampir 4 hari tidak bisa mengepulkan asap dapurnya, akibat tinggi dan derasnya arus Kali Surabaya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia pun harus hutang ke tetangga maupun anggota keluarganya. Ahmad pun hanya bisa berharap agar banjir ini segera usai, dan ia bisa kembali bekerja melayani warga yang ingin memanfaatkan jasa perahu “ Titanic” miliknya.

Agus, salah seorang warga yang berprofesi sebagai pencari cacing, juga mengeluhkan adanya banjir ini. Sama dengan Ahmad, ia pun harus rela kehilangan pendapatannya yang hampir mencapai Rp 50 ribu – 100 ribu per hari. “Karena banjir ini, saya pun hanya bisa melongo melihat derasnya arus sungai ini,” katanya. “Untung saja, saya masih memiliki sedikit tabungan buat kebutuhan dan uang saku sekolah dua anak saya,” ujar Agus, sambil menghisap rokok kretek kesukaannya. (Bersambung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar