Mau UANG???... Buruan GRATIS Registrasi KLIK DISINI

Selasa, 25 Agustus 2009

Nyawa Serep Si Tegar


Tegar dicekik dan ditaruh di rel. Kereta menghantam. Balita itu selamat.

UDARA dingin yang berhembus di Desa Robahan, Kecamatan Mejayan, Madiun, membuat warganya terlelap dalam balutan selimut. Tidak terkecuali, Endy Tegar Kurniadinata (4), anak pasangan Puryanto dan Depi Kristiani.

Seperti biasanya, menjelang subuh, di hari Minggu Wage 5 Juli 2009 sekitar pukul 02.00 Depi yang berprofesi sebagai penjual jajanan di Pasar Mejayan, beranjak bangun dari tidur. Bersama Sukadi dan Saikem, kedua orang tuanya, mereka mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dijual pada hari itu.

Tepat pukul 03.00 Depi berangkat ke pasar untuk berjualan jajanan. Puryanto, sang suami, yang mengetahui istrinya berangkat mencari nafkah, bergegas bangun. Tanpa sebab jelas, ia marah-marah dan menyalahkan Depi yang bekerja pada pagi buta itu.

Puryanto pun beranjak kembali ke kamar dan membangunkan Tegar, anak pertamanya. Ia menggendong Tegar dan mengajaknya “jalan-jalan” mencari burung di dekat rel kereta api, sekitar 50 meter dari rumah. Tegar yang masih menahan kantuk hanya menurut perintah tidak lazim bapaknya.

Sebelum melangkah ke pematang sawah di sebelah rumah, entah karena alasan apa, Puryanto mematikan lampu depan rumah. Sepanjang perjalanan menuju rel kereta api, Puryanto mencekik leher Tegar. Seakan tak mau kalah, antara sadar dan tidak, Tegar melawan hingga terjadi “pertarungan” tidak seimbang. Tegar akhirnya pingsan dalam gendongan bapaknya.

Puryanto yang yakin Tegar telah tewas lantas meletakkan tubuh anaknya persis di tengah rel kereta api. Ia segera kabur di kegelapan malam.

Sekitar pukul 03.30 KA Bima Jurusan Jakarta – Surabaya melintas di rel tersebut. Kereta besi tersebut menghantam Tegar yang saat itu masih tidak sadarkan diri di atas rel. Karena benturan keras, kaki kanan Tegar “ terbang” hingga 100 meter ke arah utara. Ajaibnya, tidak ada luka sedikit pun di bagian tubuh Tegar.

“Saya gak tahu siapa yang menolong, tapi saya melihat ada kakek berbaju putih yang menggendong saya hingga ke rumah,” kata Tegar.

Dengan sisa tenaga, Tegar merangkak melewati rel dan pematang sawah, menuju rumahnya. Diketuknya pintu rumah dengan sisa-sisa tenaga. Sukiadi, sang kakek, yang saat itu masih terlelap langsung terbangun dan menggendong Tegar dan langsung membawanya ke rumah sakit, dengan diantar tetangga dan anggota keluarga.

Selama beberapa hari Tegar menjalani perawatan intensif oleh tim dokter Rumah Sakit Umum Propinsi dr Soedono, Madiun. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, kaki kanan Tegar diamputasi. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar