Warta Jatim, Surabaya - Kondisi tanggul di sepanjang Sungai Surabaya memprihatinkan. Tanggul sepanjang 52 kilometer sungai yang melintasi Kota Surabaya ini kritis dan rawan jebol.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi mengatakan, 42 kilometer tanggul Sungai Surabaya dalam kondisi kritis. Sungai Wonokromo, terusan Sungai Surabaya, 10 kilometer tanggulnya juga kritis.
Menurut Prigi, tanggul Sungai Surabaya banyak yang rusak karena beralih fungsi menjadi hunian warga atau lokasi pabrik. Dia meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Jawa Timur melarang pendirian bangunan di bantaran Sungai Surabaya dan Sungai Wonokromo.
“Salah satu faktor perusak tanggul sungai adalah penjebolan dan perataan yang dilakukan masyarakat dan perusahaan untuk mendirikan pabrik. Jangan disalahkan, bila banjir akan menerjang Surabaya,” kata Prigi, Senin (30/3).
Prigi kecewa terhadap sikap Badan Pertanahan Nasional yang memberikan sertifikat tanah kepada pengusaha dan warga yang mendirikan bangunan di bantaran sungai, sehingga warga memiliki alasan mendirikan bangunan permanen. “Semuanya harus segera berbenah, kalau tidak ingin tragedi Situ Gintung terjadi di Surabaya,” ujarnya. (red)
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi mengatakan, 42 kilometer tanggul Sungai Surabaya dalam kondisi kritis. Sungai Wonokromo, terusan Sungai Surabaya, 10 kilometer tanggulnya juga kritis.
Menurut Prigi, tanggul Sungai Surabaya banyak yang rusak karena beralih fungsi menjadi hunian warga atau lokasi pabrik. Dia meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Jawa Timur melarang pendirian bangunan di bantaran Sungai Surabaya dan Sungai Wonokromo.
“Salah satu faktor perusak tanggul sungai adalah penjebolan dan perataan yang dilakukan masyarakat dan perusahaan untuk mendirikan pabrik. Jangan disalahkan, bila banjir akan menerjang Surabaya,” kata Prigi, Senin (30/3).
Prigi kecewa terhadap sikap Badan Pertanahan Nasional yang memberikan sertifikat tanah kepada pengusaha dan warga yang mendirikan bangunan di bantaran sungai, sehingga warga memiliki alasan mendirikan bangunan permanen. “Semuanya harus segera berbenah, kalau tidak ingin tragedi Situ Gintung terjadi di Surabaya,” ujarnya. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar