Pengusaha percetakan panen raya menjelang pemilu. Tapi awas, banyak caleg dan partai ngemplang!
BUNYI mesin cetak dan mesin jahit terdengar sepanjang hari dari sebuah rumah di kawasan Kutisari Selatan, Surabaya. Beberapa orang sibuk menjemur spanduk dan bendera di lahan kosong dekat rumah itu.
Itulah pemandangan sehari- di rumah Bairy, mantan guru SMA di kawasan Menanggal, Surabaya. Kini Bairy beralih profesi sebagai juragan percetakan. Pria berdarah Madura -Jawa ini mengaku menerima banyak rezeki menjelang pelaksanaan Pemilu 2009. Para calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik memesan berbagai alat peraga kampanye darinya.
Pesanan dari para caleg dan parpol berdatangan. Saking banyaknya, dia sampai kewalahan memenuhi. Pesanan yang datang ke CV Citra Usaha Mandiri milik Bairy tidak hanya dari Surabaya dan Jawa Timur. “Untung saja pemilu berlangsung tiap lima tahun sekali,” katanya. “Coba kalau berlangsung setiap bulan atau tiap tahun, bisa dibayangkan....” ujar Bairy sembari tersenyum sumringah.
Dalam setiap pemesanan, Bairy memberlakukan sistem pembayaran di muka atau setidaknya 75% dari ongkos pemesanan harus dibayar di muka. Hal ini diberlakukan agar tidak ada caleg atau parpol yang ngemplang. Bairy belajar dari pengalaman Pemilu 2004. Ia terpaksa menjual sebuah mobilnya untuk tombok, gara-gara beberapa caleg ngemplang.
Pelajaran “berharga” dari para caleg dan parpol itu membuat bisnis yang dirintis dengan istrinya pada tahun 2000 itu anjlok dan terpaksa memecat 15 pegawai, sebagian mengundurkan diri, hingga tinggal 5 orang. “Meski sedikit, mereka memiliki spesialisasi sendiri-sendiri, mulai dari design hingga sablon,” terang bapak tiga orang anak ini.
Pengalaman pahit di tahun 2004 sudah cukup baginya. Bairy tidak ingin mengulang kesalahan yang sama di tahun-tahun berikutnya.
Bairy pun ingin mengembangkan usaha agar lebih besar dari yang sekarang. Meski saat ini dianggap cukup, dia bercita-cita memiliki ruang atau tempat usaha sendiri. Pria yang menguasai lima bahasa daerah ini pun mengajukan Kredit Usaha Rakyat pada sebuah bank terkemuka di Surabaya. Bairy berharap kucuran dana dapat menata usahanya menjadi lebih baik dan besar lagi. (bersambung)
BUNYI mesin cetak dan mesin jahit terdengar sepanjang hari dari sebuah rumah di kawasan Kutisari Selatan, Surabaya. Beberapa orang sibuk menjemur spanduk dan bendera di lahan kosong dekat rumah itu.
Itulah pemandangan sehari- di rumah Bairy, mantan guru SMA di kawasan Menanggal, Surabaya. Kini Bairy beralih profesi sebagai juragan percetakan. Pria berdarah Madura -Jawa ini mengaku menerima banyak rezeki menjelang pelaksanaan Pemilu 2009. Para calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik memesan berbagai alat peraga kampanye darinya.
Pesanan dari para caleg dan parpol berdatangan. Saking banyaknya, dia sampai kewalahan memenuhi. Pesanan yang datang ke CV Citra Usaha Mandiri milik Bairy tidak hanya dari Surabaya dan Jawa Timur. “Untung saja pemilu berlangsung tiap lima tahun sekali,” katanya. “Coba kalau berlangsung setiap bulan atau tiap tahun, bisa dibayangkan....” ujar Bairy sembari tersenyum sumringah.
Dalam setiap pemesanan, Bairy memberlakukan sistem pembayaran di muka atau setidaknya 75% dari ongkos pemesanan harus dibayar di muka. Hal ini diberlakukan agar tidak ada caleg atau parpol yang ngemplang. Bairy belajar dari pengalaman Pemilu 2004. Ia terpaksa menjual sebuah mobilnya untuk tombok, gara-gara beberapa caleg ngemplang.
Pelajaran “berharga” dari para caleg dan parpol itu membuat bisnis yang dirintis dengan istrinya pada tahun 2000 itu anjlok dan terpaksa memecat 15 pegawai, sebagian mengundurkan diri, hingga tinggal 5 orang. “Meski sedikit, mereka memiliki spesialisasi sendiri-sendiri, mulai dari design hingga sablon,” terang bapak tiga orang anak ini.
Pengalaman pahit di tahun 2004 sudah cukup baginya. Bairy tidak ingin mengulang kesalahan yang sama di tahun-tahun berikutnya.
Bairy pun ingin mengembangkan usaha agar lebih besar dari yang sekarang. Meski saat ini dianggap cukup, dia bercita-cita memiliki ruang atau tempat usaha sendiri. Pria yang menguasai lima bahasa daerah ini pun mengajukan Kredit Usaha Rakyat pada sebuah bank terkemuka di Surabaya. Bairy berharap kucuran dana dapat menata usahanya menjadi lebih baik dan besar lagi. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar