Warta Jatim, Surabaya – Peserta Konferensi International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender and Intersex Association (ILGA) mulai berdatangan di Surabaya. Panitia bingung menjelaskan acara ditunda karena tidak mendapat izin dari Polda Jawa Timur.
Ketua Gaya Nusantara, Raphael Hendrikus Da Costa, mengatakan panitia akan segera memberitahukan bahwa acara konferensi ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Beberapa peserta sudah telanjur memesan penginapan untuk mengikuti acara yang rencananya digelar 26-28 Maret tersebut. Panitia mengizinkan peserta lokal dan luar kota menginap di Sekretariat Gaya Nusantara di Jalan Mojo Kidul, Surabaya. Sedangkan, peserta dari luar negeri diimbau segera pulang. “Kami sengaja merahasiakan tempat menginap para tamu undangan konferensi. Semuanya demi kebaikan bersama,” kata Raphael, Kamis (25/3).
Beberapa tamu undangan yang sudah datang antara lain dari Singapura, India, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Christian dari Singapura, mengaku tak mempermasalahkan penundaan jadwal konferensi. Sembari menunggu kepastian, dia dan beberapa peserta lain akan berlibur di Surabaya dan Bali. Mereka akan berdiskusi antar-aktivis lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Asia. “Dilarang bukan berarti tidak bergerak. Masih ada cara lain yang bisa dilakukan untuk kemajuan kelompok kami,” ujarnya.
Seorang panitia, Maria Mustika, mengatakan terjadi salah pengertian dengan pihak keamanan sehingga konferensi dilarang. Padahal konferensi ini tidak semata menggelar pawai budaya yang dianggap berpotensi mengganggu keamanan, tapi juga membahas masalah hak asasi manusia serta hidup layak kaum LGBT.
Mereka juga akan mengkritisi sikap diskriminatif pemerintah dan masyarakat terhadap kaum LGBT untuk akses pendidikan dan kesehatan. Rencananya konferensi ini juga akan melantik pengurus baru untuk wilayah Asia. (red)
Ketua Gaya Nusantara, Raphael Hendrikus Da Costa, mengatakan panitia akan segera memberitahukan bahwa acara konferensi ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Beberapa peserta sudah telanjur memesan penginapan untuk mengikuti acara yang rencananya digelar 26-28 Maret tersebut. Panitia mengizinkan peserta lokal dan luar kota menginap di Sekretariat Gaya Nusantara di Jalan Mojo Kidul, Surabaya. Sedangkan, peserta dari luar negeri diimbau segera pulang. “Kami sengaja merahasiakan tempat menginap para tamu undangan konferensi. Semuanya demi kebaikan bersama,” kata Raphael, Kamis (25/3).
Beberapa tamu undangan yang sudah datang antara lain dari Singapura, India, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Christian dari Singapura, mengaku tak mempermasalahkan penundaan jadwal konferensi. Sembari menunggu kepastian, dia dan beberapa peserta lain akan berlibur di Surabaya dan Bali. Mereka akan berdiskusi antar-aktivis lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Asia. “Dilarang bukan berarti tidak bergerak. Masih ada cara lain yang bisa dilakukan untuk kemajuan kelompok kami,” ujarnya.
Seorang panitia, Maria Mustika, mengatakan terjadi salah pengertian dengan pihak keamanan sehingga konferensi dilarang. Padahal konferensi ini tidak semata menggelar pawai budaya yang dianggap berpotensi mengganggu keamanan, tapi juga membahas masalah hak asasi manusia serta hidup layak kaum LGBT.
Mereka juga akan mengkritisi sikap diskriminatif pemerintah dan masyarakat terhadap kaum LGBT untuk akses pendidikan dan kesehatan. Rencananya konferensi ini juga akan melantik pengurus baru untuk wilayah Asia. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar