Warta Jatim, Jombang - Sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang kontroversial. Tidak terkecuali bagi kawan, murid, keluarga, bahkan lawan politiknya. Banyak kebijakannya sebelum, selama, dan setelah menjabat presiden menimbulkan pertanyaan. Misalnya keputusan membuka jalur diplomatik dengan Israel.
Selain dianggap sosok kontroversial, Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang humoris di kalangan santri dan pengajar di Pondok Pesantren Tebu Ireng. Gus Yakin, pengajar di ponpes itu mengenang Gus Dur sebagai sosok misterius dan sering membuat kejutan di hadapan santri dan pengajar. “Setiap datang ke ponpes, Gus Dur tidak pernah mengenal waktu. Kadang pagi, siang, malam, bahkan dini hari,” ujarnya.
Menurut Gus Yakin, dalam setiap ajarannya Gus Dur menekankan perlunya kebersamaan dan kerukunan antar-umat beragama. Sebab, hanya dengan cara itu umat Islam bisa hidup damai di bumi.
Meski dikenal sebagian orang sebagai pribadi yang mudah emosional, bagi para santri Tebu Ireng, Gus Dur sosok humoris dan tidak membedakan satu dengan lainnya.
Sekjen Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Johanes Pujo Sumarta Pr mengatakan, Gus Dur adalah figur anutan bagi umat Katholik. Ia juga menilai Gus Dur sosok yang pantas dianggap sebagai guru besar dan bapak bangsa, karena melayani sesama dengan penuh kasih dan tanpa membedakan satu dengan lainnya.
Menurut Johanes, hingga saat ini belum ada sosok yang mengantikan Gus Dur. Terlebih di tengah pluralisme agama di Indonesia. “Pasca meninggalnya Gus Dur, kami berharap kehidupan beragama di Indonesia menjadi lebih baik,” kata Johanes saat menghadiri pemakaman Gus Dur di Jombang, Rabu (31/12).
Bhiksu Nana Sunaryadi dari Sangagung Indonesia Jakarta mengatakan, kepergian Gus Dur tidak membawa kekhawatiran bagi umat Buddha, sebab ajaran yang disampaikan Gus Dur dapat membawa masyarakat membangun Indonesia berdasarkan persatuan dan kesatuan.
Nana menegaskan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah tugas berat yang harus dijaga seluruh elemen bangsa. “Ancaman disintegrasi bangsa memang sangat besar. Karena itu, semua umat beragama harus bekerja sama untuk mewujudkan perdamaian di Indonesia.” (red)
Selain dianggap sosok kontroversial, Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang humoris di kalangan santri dan pengajar di Pondok Pesantren Tebu Ireng. Gus Yakin, pengajar di ponpes itu mengenang Gus Dur sebagai sosok misterius dan sering membuat kejutan di hadapan santri dan pengajar. “Setiap datang ke ponpes, Gus Dur tidak pernah mengenal waktu. Kadang pagi, siang, malam, bahkan dini hari,” ujarnya.
Menurut Gus Yakin, dalam setiap ajarannya Gus Dur menekankan perlunya kebersamaan dan kerukunan antar-umat beragama. Sebab, hanya dengan cara itu umat Islam bisa hidup damai di bumi.
Meski dikenal sebagian orang sebagai pribadi yang mudah emosional, bagi para santri Tebu Ireng, Gus Dur sosok humoris dan tidak membedakan satu dengan lainnya.
Sekjen Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Johanes Pujo Sumarta Pr mengatakan, Gus Dur adalah figur anutan bagi umat Katholik. Ia juga menilai Gus Dur sosok yang pantas dianggap sebagai guru besar dan bapak bangsa, karena melayani sesama dengan penuh kasih dan tanpa membedakan satu dengan lainnya.
Menurut Johanes, hingga saat ini belum ada sosok yang mengantikan Gus Dur. Terlebih di tengah pluralisme agama di Indonesia. “Pasca meninggalnya Gus Dur, kami berharap kehidupan beragama di Indonesia menjadi lebih baik,” kata Johanes saat menghadiri pemakaman Gus Dur di Jombang, Rabu (31/12).
Bhiksu Nana Sunaryadi dari Sangagung Indonesia Jakarta mengatakan, kepergian Gus Dur tidak membawa kekhawatiran bagi umat Buddha, sebab ajaran yang disampaikan Gus Dur dapat membawa masyarakat membangun Indonesia berdasarkan persatuan dan kesatuan.
Nana menegaskan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah tugas berat yang harus dijaga seluruh elemen bangsa. “Ancaman disintegrasi bangsa memang sangat besar. Karena itu, semua umat beragama harus bekerja sama untuk mewujudkan perdamaian di Indonesia.” (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar