Warta Jatim, Surabaya - Organisasi Pengusaha Angkutan Darat Surabaya menolak menurunkan tarif angkutan umum, meski harga bahan bakar minyak akan turun lagi. Alasannya, Organda baru saja menurunkan tarif angkutan umum menyusul penurunan harga BBM.
Ketua Organda Surabaya Wastomi Suheri mengatakan, saat ini semua harga kebutuhan angkutan seperti suku cadang naik 100% hingga 200%. "Kami sudah memperhitungkan langkah-langkah ini sebelumnya. Per 1 Januari lalu kami dan Dishub Surabaya sepakat menurunkan tarif dari 2.900 rupiah menjadi 2.600 rupiah. Selain itu, turunnya harga BBM tidak banyak berpengaruh pada pengeluaran lainnya," kata Wastomi.
Menurut dia, Organda Surabaya telah bersikap responsif karena telah menurunkan tarif angkutan umum. Di kota lain seperti Jakarta, hingga kini tidak ada perubahan tarif angkutan, walau harga BBM sudah turun.
Wastomi juga mengkritik sikap pemerintah yang menurunkan BBM sedikit demi sedikit. Seharusnya pemerintah bisa menurunkan BBM dari Rp 6.000 ke Rp 4.500. "Kalau turun sedikit demi sedikit, tapi kalau naik langsung cepat. Apa ada maksud tertentu, ya?" katanya.
Ketua Peduli Publik Surabaya Lingga Cahya menyayangkan sikap Organda Surabaya. Menurut dia, dengan turunnya harga BBM seharusnya Organda menurunkan tarif angkutan. Kenaikan harga suku cadang tidak bisa dijadikan alasan menolak penurunan tarif angkutan. Beberapa dealer atau bengkel yang menjual suku cadang juga menurunkan harga. "Kalau tidak percaya, silakan dicek sendiri di beberapa bengkel berapa harga oli sekarang. Begitu juga harga beberapa suku cadang lainnya," katanya.
Lingga Cahya juga menyayangkan pengusaha angkutan umum yang tak pernah meningkatkan layanan. "Coba saya tanya, apakah angkutan sudah aman dari copet? Ini yang seharusnya dipikirkan juga oleh Organda. Jangan hanya menghitung keuntungan, tapi melupakan hal lainnya," katanya. (red)
Ketua Organda Surabaya Wastomi Suheri mengatakan, saat ini semua harga kebutuhan angkutan seperti suku cadang naik 100% hingga 200%. "Kami sudah memperhitungkan langkah-langkah ini sebelumnya. Per 1 Januari lalu kami dan Dishub Surabaya sepakat menurunkan tarif dari 2.900 rupiah menjadi 2.600 rupiah. Selain itu, turunnya harga BBM tidak banyak berpengaruh pada pengeluaran lainnya," kata Wastomi.
Menurut dia, Organda Surabaya telah bersikap responsif karena telah menurunkan tarif angkutan umum. Di kota lain seperti Jakarta, hingga kini tidak ada perubahan tarif angkutan, walau harga BBM sudah turun.
Wastomi juga mengkritik sikap pemerintah yang menurunkan BBM sedikit demi sedikit. Seharusnya pemerintah bisa menurunkan BBM dari Rp 6.000 ke Rp 4.500. "Kalau turun sedikit demi sedikit, tapi kalau naik langsung cepat. Apa ada maksud tertentu, ya?" katanya.
Ketua Peduli Publik Surabaya Lingga Cahya menyayangkan sikap Organda Surabaya. Menurut dia, dengan turunnya harga BBM seharusnya Organda menurunkan tarif angkutan. Kenaikan harga suku cadang tidak bisa dijadikan alasan menolak penurunan tarif angkutan. Beberapa dealer atau bengkel yang menjual suku cadang juga menurunkan harga. "Kalau tidak percaya, silakan dicek sendiri di beberapa bengkel berapa harga oli sekarang. Begitu juga harga beberapa suku cadang lainnya," katanya.
Lingga Cahya juga menyayangkan pengusaha angkutan umum yang tak pernah meningkatkan layanan. "Coba saya tanya, apakah angkutan sudah aman dari copet? Ini yang seharusnya dipikirkan juga oleh Organda. Jangan hanya menghitung keuntungan, tapi melupakan hal lainnya," katanya. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar