Warta Jatim, Surabaya – Manajemen Kebun Binatang Surabaya sudah 8 bulan tidak melaporkan kondisi satwa ke Dinas Peternakan Surabaya. Akibatnya, Dinas Peternakan kesulitan melakukan pengawasan terhadap kondisi satwa di kebun binatang.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Surabaya, Emmylia mengatakan Kebun Binatang Surabaya terakhir melaporkan kondisi kesehatan satwa pada akhir tahun 2009. Dinas Peternakan kemudian mendatangi untuk melihat langsung kondisi kandang, persediaan obat, dan kepadatan satwa.
”Dari monitoring yang kami lakukan, tidak ada masalah dengan makanan dan obat. Namun, kondisi kandang kurang layak dan membutuhkan perbaikan,” kata Emmylia, Kamis (19/8).
Emmylia mendesak manajemen Kebun Binatang Surabaya segera memberikan laporan kondisi satwa. Laporan tersebut akan menjadi dasar rekomendasi yang akan diserahkan ke Wali Kota Surabaya.
Di tempat terpisah, pengelola Kebun Binatang Surabaya membantah banyak satwa mati akibat konflik pengelola. Humas Agus Supangkat mengatakan, satwa mati karena faktor kondisi kesehatan dan usia.
Menurut Agus, satwa yang mati secara beruntun dalam seminggu ini adalah satwa yang menjalani perawatan karena gangguan kesehatan. ”Yang pasti kematian disebabkan over-populasi, umur, dan kesehatan satwa. Tidak ada hubungannya dengan konflik KBS.”
Koordinator Komunitas Budaya Surabaya, Taufik Monyong, mengatakan kematian sejumlah satwa menunjukkan kurangnya perhatian dari manajemen Kebun Binatang Surabaya. Manajemen terlalu meremehkan kondisi satwa. Apalagi satwa yang mati secara beruntun sejak Juli lalu adalah jenis satwa langka yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus.
”Selain mengancam keberadaan satwa, kondisi ini juga mengancam tempat bermain dan belajar anak-anak. Masalah ini harus segera diselesaikan,” kata Taufik di sela unjuk rasa di depan Kebun Binatang Surabaya, Kamis (19/8). (red)
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Surabaya, Emmylia mengatakan Kebun Binatang Surabaya terakhir melaporkan kondisi kesehatan satwa pada akhir tahun 2009. Dinas Peternakan kemudian mendatangi untuk melihat langsung kondisi kandang, persediaan obat, dan kepadatan satwa.
”Dari monitoring yang kami lakukan, tidak ada masalah dengan makanan dan obat. Namun, kondisi kandang kurang layak dan membutuhkan perbaikan,” kata Emmylia, Kamis (19/8).
Emmylia mendesak manajemen Kebun Binatang Surabaya segera memberikan laporan kondisi satwa. Laporan tersebut akan menjadi dasar rekomendasi yang akan diserahkan ke Wali Kota Surabaya.
Di tempat terpisah, pengelola Kebun Binatang Surabaya membantah banyak satwa mati akibat konflik pengelola. Humas Agus Supangkat mengatakan, satwa mati karena faktor kondisi kesehatan dan usia.
Menurut Agus, satwa yang mati secara beruntun dalam seminggu ini adalah satwa yang menjalani perawatan karena gangguan kesehatan. ”Yang pasti kematian disebabkan over-populasi, umur, dan kesehatan satwa. Tidak ada hubungannya dengan konflik KBS.”
Koordinator Komunitas Budaya Surabaya, Taufik Monyong, mengatakan kematian sejumlah satwa menunjukkan kurangnya perhatian dari manajemen Kebun Binatang Surabaya. Manajemen terlalu meremehkan kondisi satwa. Apalagi satwa yang mati secara beruntun sejak Juli lalu adalah jenis satwa langka yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus.
”Selain mengancam keberadaan satwa, kondisi ini juga mengancam tempat bermain dan belajar anak-anak. Masalah ini harus segera diselesaikan,” kata Taufik di sela unjuk rasa di depan Kebun Binatang Surabaya, Kamis (19/8). (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar